Sebuah laporan memberikan indikasi bahwa 86 persen pelaku bisnis di seluruh dunia telah menggunakan content marketing sebagai salah satu bagian dari strategi pemasaran mereka. Pada beberapa tahun terakhir, brand dan pelaku bisnis di Indonesia juga mulai tertarik dengan ide penggunaan artikel original, foto, dan video, sebagai cara salah satu strategi pemasaran untuk meningkatkan pengunjung situs dan keterlibatan pengguna. Beberapa perusahaan bahkan sudah menjadikan ide tersebut sebagai hal yang esensial bagi bisnisnya, terutama para startup di bidang teknologi.
Qraved, situs pemberi inspirasi dan tempat menemukan berbagai hal mengenai makanan yang berbasis di Jakarta ini merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan content marketing sebagai tumpuan dari usahanya. Ketika diluncurkan pada tahun 2013, Qraved memiliki visi untuk menjadi OpenTable versi Indonesia dan bisa menjadi platform bagi semua orang agar bisa melakukan reservasi di restoran yang mereka inginkan secara langsung melalui situs ini.
Namun, biaya yang dikeluarkan untuk mendapat pengguna sangatlah tinggi. Sehingga Qraved memutuskan untuk mengganti model bisnisnya dan fokus terhadap konten-konten yang menarik serta membuat komunitas bagi pecinta kuliner di Indonesia. Sekarang, Qraved pun menjadi tempat yang paling tepat untuk menemukan ulasan kuliner dan juga untuk mencari tahu promo-promo dari restoran yang ada di sekitar kamu.
Content marketing sebagai salah satu teknik strategi pemasaran memang sudah semakin berkembang sekarang. Namun, yang saat ini menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya perusahaan seperti Qraved mengukur kesuksesannya? Bagaimana caranya sebuah perusahaan yang berkecimpung di bidang informasi non-tradisional ini dapat mengetahui bahwa langkah yang diambil itu tepat? Untuk bisa memastikan bahwa mereka berada di jalan yang tepat, Qraved pun menggunakan metrik dan KPI (Key Performance Indicators) yang spesifik, agar dapat merasionalkan nilai bisnisnya kepada para konsumen dan investor.
Steven Kim yang merupakan CEO dan Co-Founder dari Qraved, menyatakan bahwa ia memulai bisnis ini dengan harapan agar bisa membantu para ahli kuliner dan juga traveler menemukan restoran dan event menarik yang ada di kota-kota di seluruh nusantara.
“Bisnis seperti Qraved harus bisa menyediakan konten yang berkualitas dan juga relevan bagi para konsumen. Sehingga mereka akan terus kembali mengunjungi situs tersebut. Inilah alasan utama mengapa metrik sangat penting,” kata Steven. “Situs Qraved merupakan sebuah platform dan konten yang ada akan selalu memegang peranan penting untuk membantu para user menemukan hal-hal yang mereka inginkan.”
Menurut CEO muda ini, hal pertama yang harus diperhatikan agar dapat memilih metrik dengan tepat adalah mengetahui tujuan dari bisnis itu sendiri. Hal ini sangatlah penting karena tujuan kamu akan mempengaruhi jenis dan keragaman metrik yang kamu pilih. Steven juga memberi saran kepada pelaku bisnis yang berfokus pada konten, untuk memperhatikan seberapa banyak view, like, dan share yang diperoleh dari tiap konten yang dimiliki. Selain itu, sangat penting juga untuk memperhatikan post yang dikunjungi ulang oleh pengunjung yang sama dan juga konten seperti apa yang selanjutnya akan dipilih oleh para pengunjung.
Ia juga beranggapan bahwa perusahaan yang berhubungan dengan konten juga harus menggali lebih dalam mengenai alasan mengapa orang-orang dengan demografi tertentu—seperti kelompok umur, lokasi yang berdekatan, dan juga yang memiliki pandangan yang sama—akan mengkonsumsi suatu konten tertentu. Memahami mengapa sebuah artikel bisa mendapat perhatian yang tinggi, bisa memberi Qraved informasi yang berharga untuk menentukan strategi konten selanjutnya.
Menurut Forbes, satu cara populer yang bisa digunakan untuk mengukur kesuksesan content marketing sebagai salah satu strategi pemasaran yang dijalankan adalah dengan melihat daya tarik yang dihasilkan sebuah artikel di media sosial. Dengan cara melihat jumlah like, share, tweet, dan view yang diperoleh, perusahaan dapat mengetahui performa artikel tersebut.
Penulis yang bernama Denis Pinsky mengelompokkan marketing signals menjadi dua kelompok, yaitu Buzz (share dan tweet) dan Impact atau pengaruh (komentar, download, klik, view, dan backlink ke page atau domain). Pinsky mengatakan bahwa Buzz biasa digunakan untuk mengukur engagement yang ada. Sedangkan Impact merupakan penanda bahwa konten tersebut mengandung sutu hal yang mendalam dan juga relevan dengan para pengguna.
Beranggapan bahwa Indonesia sedang berada pada tren awal content marketing, Steven pun menambahkan, “Konten adalah awal perjalanan bagi orang-orang untuk menemukan industri gaya hidup dan pada akhirnya konten akan berhubungan dengan jasa dan perdagangan.”
Saat ditanya mengenai nasihat yang bisa diberikan bagi perusahaan yang berfokus pada konten lain sebagai salah satu stategi pemasaran di Indonesia, Steven pun berkata, “Customize, customize, dan customize.” Menurutnya, jika kamu mengetahui segmen dan bisa mengikuti perilaku konsumen secara efisien, kamu bisa memberikan konten yang lebih sesuai bagi para pembaca. Selain itu, kamu juga bisa memberikan iklan yang lebih tepat bagi para klien yang selalu memperhatikan return on investment yang sehat.
[wpforms id=”532″ title=”true”]