Pernah melihat pamor dan penjualan sebuah brand turun drastis setelah merilis iklan? Jika pernah, hal ini biasa disebut sebagai krisis PR. Krisis ini ternyata cukup sering terjadi di berbagai perusahaan lho, karena itu peran public relation dalam menghadapi masalah sangat penting.
Jadi sebenarnya, apa itu krisis PR?
Singkatnya, krisis PR adalah suatu krisis yang terjadi ketika sebuah perusahaan atau brand mendapat publisitas negatif, memalukan, bahkan merusak citra brand tersebut. Krisis PR adalah krisis yang cukup serius, ditambah lagi kehadiran media sosial yang membuat segala informasi tersebar dengan sangat cepat.
Ada banyak contoh kasus manajemen krisis public relations. Dolce & Gabbana adalah contoh krisis PR di Tiongkok yang akan dibahas dalam artikel ini.
Pada pertengahan November 2018, Dolce & Gabbana merilis tiga video pendek pada situs Weibo sebagai bentuk promosi menjelang acara mereka “The Great Show” yang akan berlangsung pada 21 November 2018. Namun, ada beberapa hal janggal dalam ketiga video tersebut seperti pengucapan narrator yang keliru dan adegan dimana model yang mengenakan busana Dolce & Gabbana terlihat kesulitan memakan cannoli berukuran besar dengan menggunakan sumpit.
Video ini sontak membuat warga Tiongkok marah karena dianggap mengejek masyarakat Tiongkok, hingga muncul ajakan untuk memboikot Dolce & Gabbana. Merespon kejadian ini, pihak Dolce & Gabbana langsung menghapus video-video tersebut.
Sayangnya, rekam jejak digital masih terus tersebar luas di Internet. Banyak akun di berbagai jaringan media sosial membagikan video tersebut sehingga masalah ini menjadi viral. Melihat keadaan yang semakin memburuk, akhirnya pemilik brand Domenico Dolce dan Gabbana, merilis video permintaan maaf pada tanggal 23 November 2018. Itulah contoh krisis perusahaan dan penangananya.
Krisis PR memiliki dampak yang cukup dalam bagi sebuah brand seperti menodai nama dan citra dari brand tersebut, menurunkan penjualan, bahkan krisis ini dapat membuat perusahaan bangkrut. Terbukti dari kasus Dolce & Gabbana, penjualan brand ini dikabarkan turun 98% di Tiongkok. Padahal, Tiongkok merupakan salah satu pasar terbesar bagi brand tersebut. Sampai saat ini, tim manajemen krisis PR Dolce & Gabbana belum mampu mengatasi masalah yang mereka hadapi di Tiongkok.
Belajar dari brand Dolce & Gabbana, setiap brand atau bisnis memerlukan manajemen krisis PR yang baik. Tak hanya untuk menghindari krisis PR terjadi, namun juga untuk memastikan bahwa manajemen krisis PR dapat mengatasi masalah dengan baik.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika brand Anda benar-benar mengalami krisis PR?
Bentuk Tim Manajemen Krisis PR
Tim manajemen krisis PR wajib dibuat agar setiap anggota tim fokus menangani krisis PR yang terjadi. Tim ini dapat diisi dengan orang-orang dari berbagai divisi yang sudah mengenal brand secara detail; baik dari cara kerjanya atau pasar konsumen yang membeli produk. Dengan begini, akan ada berbagai ide bermunculan, sehingga ide yang paling tepat akan terpilih.
Membuat Rencana
Strategi PR dalam menghadapi krisis harus betul-betul matang. Jangan sampai rencana untuk menanganinya malah memperkeruh suasana yang akhirnya tambah menjelekkan citra brand. Rencana ini dapat disusun matang dengan melakukan studi pasar. Apa komentar dari publik? Apa yang publik harapkan dari brand ini? Apa yang disukai publik? Jika ketiga pertanyaan ini sudah terjawab, maka tim manajemen krisis PR dapat langsung membuat strategi.
Akui Kesalahan
Salah satu hal yang diinginkan publik kemungkinan besar adalah permintaan maaf. Seperti kasus Dolce & Gabbana di Tiongkok yang rasis, permintaan maaf dari brand akan sangat dibutuhkan. Akuilah kesalahan, agar publik dapat menerima kembali brand Anda secara perlahan.
Buat Citra Baru
Buatlah citra baru dengan mengeluarkan produk-produk atau tampilan yang baru. Influencer juga dapat menjadi solusi untuk manajemen krisis PR. Ajak influencer yang memiliki citra serupa dengan konsep brand. Dengan begitu, penggemar dari influencer tersebut akan mencoba produk-produk dari brand Anda. Ingat, kemampuan marketing media sosial sangat besar, jangan sampai melewatkan kesempatan emas ini!
Krisis PR memang bisa ditanggulangi, namun alangkah baiknya berjaga-jaga agar krisis PR ini tidak terjadi. Jika Anda merasa belum memiliki tim manajemen krisis PR yang baik, Anda juga dapat memakai jasa dari Content Collision yang memiliki berbagai media untuk bermacam-macam kebutuhan announcement perusahaan. Dari Traveloka, Lazada, Alibaba Group dan banyak perusahaan lainnya telah merasakan manfaatnya.
Yuk, kenali lebih lanjut!